Kamis, 21 Mei 2015

Makalah Prinsip-Prinsip Pembelajaran



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pembelajaran adalah suatu aktivitas atau suatu proses mebgajar dan belajar. Aktivitas ini merupakan proses komunikasi dua arah, antara pihak guru dan peserta didik. Undang undang no 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional menyatakan: “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
Memperhatikan makna pembelajaran tersebut dapatlah dipahami bahwa pembelajaran adalam membelajarkan peserta didik dengan menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran dapat disebut berhasil bila dapat mengubah peserta didik dalam arti luas serta dapat menumbuhkembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar sehingga pengalaman yang diperoleh peserta didik selama ia terlibat dalam proses pembelajaran itu dapat dirasakan manfaatnya secara langsung. Hal itu dapat dicapai manakala kesiapan guru untuk dapat mengerti, memahami, dan menghayati berbagai hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran, termasuk di dalamnya prinsip-prinsip pembelajaran.[1]
Makalah ini akan membahas tentang prinsip-prinsip pembelajaran yang sangat diperlukan oleh para guru dan peserta didk dalam rangka kelangsungan pembelajaran yang efektif dan efesien.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan prinsip pembelajaran?
2.      Apa saja yang termasuk ke dalam prinsip pembelajaran?
C.    Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui pengertian prinsip pembelajaran
2.      Untuk mengetahui yang termasuk ke dalam prinsip pembelajaran


















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Prinsip Pembelajaran
Kata prinsip berasal dari bahasa Latin yang berarti “asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya) dasar”.[2] Prinsip merupakan sebuah kebenaran atau kepercayaan yang diterima sebagai dasar dalam berfikir atau bertindak. Jadi prinsip dapat diartikan sebagai sesuatu yang menjadi dasar pokok berpikir, berpijak atau bertindak.
Kata pembelajaran adalah suatu aktivitas atau proses mengajar dan belajar. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar yang dilakukan oleh pihak guru dan belajar dilakukan oleh peserta didik.
Jadi prinsip-prinsip pembelajaran adalah landasan berpikir, landasan berpijak dengan harapan tujuan pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses pembelajaran yang dinamis dan terarah.
B.     Prinsip-prinsip Pembelajaran
1.    Perhatian dan motivasi
Perhatian dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Kenyataan menunjukkan bahwa tanpa perhatian tidak mungkin terjadi pembelajaran baik dari pihak guru sebagai pengajar maupun dari pihak peserta didik yang belajar. Perhatian peserta didik akan timbul apabila bahan pelajaran yang dihadapinya sesuai dengan kebutuhannya, apabila bahan pelajaran itu sebagai sesuatu yang dibutuhkan tentu perhatian untuk mempelajarinya semakin kuat.[3]
Secara psikologis, apabila sudah berkonsentrasi (memusatkan perhatian) pada sesuatu maka segala stimulus yang lainnya tidak diperlukan. Akibat dari keadaan ini kegiatan yang dilakukan tentu akan sangat cermat dan berjalan baik. Bahkan akan lebih mudah masuk ke dalam ingatan, tanggapan yang terang, kokoh dan lebih mudah untuk diproduksikan.
Motivasi juga mempunyai peran penting dalam kegiatan pembelajaran. Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau keinginan untuk belajar itu timbul dari dirinya. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: a) mengetahui apa yang akan dipelajari, b) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Kedua hal ini sebagai unsur motivasi yang menjadi dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa kedua unsur tersebut kegiatan pembelajaran sulit untuk berhasil.
Seseorang yang mempunyai motivasi yang cukup besar sudah dapat berbuat tanpa motivasi dari luar dirinya. Itulah yang disebut motivasi intrinsic, atau tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebaliknya, bila motivasi intrinsiknya kecil, maka dia perlu motivasi dari luar yang disebut ekstrinsik, atau tenaga pendorong yang ada di luar. Motivasi ekstrinsik ini berasal dari guru, orang tua, teman, buku-buku dan sebagainya.  Kedua motivasi ini dibutuhkan untuk keberhasilan proses pembelajaran, namun yang memegang peranan penting adalah peserta didik itu sendiri yang dapat memotivasi dirinya yang didukung oleh kepawaian seorang guru dalam merancang pembelajaran yang dapat merangsang minat sehingga motivasi peserta didik dapat dibangkitkan.[4]
Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar, sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensia dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar peserta didik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor. Motivasi adalah unsur utama dalam pembelajaran dan pembelajaran tidak dapat berlangsung tanpa adanya perhatian anak, apabila anak memperhatikannya secara spontan tanpa memerlukan usaha (perhatian tidak sekehendak, perhatian tidak disengaja). Bila terjadi perhatianspontan yang bukan disebabkan usaha dari guru yang membuat pelajaran begitu menarik, maka perhatian ini tidak memerlukan motovasi, walaupun dikatakan bahwa motivasi dan perhatian harus sejalan. Berbeda halnya kalau perhatian yang disengaja  atau sekehendak, hal ini diperlukan motivasi.
2.    Keaktifan
Mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar. Pengalaman tersebut diperoleh apabila peserta didik mempunyai keaktifan untuk bereaksi terhadap lingkungannya. Apabila seorang anak ingin memecahkan suatu persoalan dia harus dapat berpikir sistematis atau menurut langkah-langkah tertentu, termasuk dia menginginkan suatu keterampilan tentunya harus pula dapat menggerakan otot-ototnya untuk mencapainya.
Termasuk dalam pembelajaran, peserta didik harus selalu aktif. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai pada kegiatan psikis yang susah diamati. Dengan demikian belajar yang berhasil harus melalui banyak aktifitas baik fisik maupun psikis. Bukan hanya sekedar menghafal sejumlah rumus-rumus atau informasi taetapi belajar harus berbuat, seperti membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.
Prinsip aktifitas di atas menurut pandangan psikologis bahwa segala pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman sendiri. Jiwa memiliki energy sendiri dan dapat menjadi aktif karena didorong oleh kebutuhan-kebutuhan. Sadi, dalam pembelajaran yang mengolah dan merencana adalah peserta didik dengan kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang masing-masing, guru hanya merangsang keaktifan peserta didik dengan menyajikan bahan pelajaran.[5]
3.    Keterlibatan langsung
Prinsip keterlibatan langsung merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Pembelajaran sebagai aktifitas mengajar dan belajar, maka guru harus terlibat langsung begitu juga peserta didik. Prinsip keterlibatan langsung ini mencakup keterlibatan langsung secara fisik maupun non fisik. Prinsip ini diarahkan agar peserta didik merasa dirinya penting dan berharga dalam kelas sehingga dia bisa menikmati jalannya pembelajaran.
Edge Dale dalam Dimyati mengatakan bahwa: “belajar yang baik adalah belajar melalui pengalaman langsung”. Pembelajaran dengan pengalaman ini bukan sekedar duduk dalam kelas ketika guru sedang menjalankan pelajaran, tetapi bagaimana peserta didik terlibat langsung dalam proses pembelajaran tersebut. Kegiatan pembelajaran yang ditetapkan guru berarti pengalaman belajar bagi peserta didik.
4.    Pengulangan
Prinsip pembelajaran yang menekankan pentingnya pengulangan yang barangkali paling tua seperti yang dikemukakan oleh teori psikologi daya. Menurut teori ini bahwa belajar adalah melihat daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri dari daya mengamat, menangkap, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir dan sebagainya. Daya-daya tersebut akan berkembang.
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori koneksionisme. Tokohnya yang terkenal adalah Thorndike dengan teorinya yang terkenal pula yaitu “law of exercise” bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar timbulnya respon benar. Selanjutnya teori dari phychology conditioning respons sebagai perkembangan lebih lanjut dari teori konseksionisme yang dimotori oleh Pavlov yang mengemukakan bahwa perilaku individu dapat dikondisikan dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Begitu pula mengajar membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan yang sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.
Ketiga teori di atas menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam pembelajaran walaupun dengan tujuan yang berbeda. Teori yang pertama menekankan pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa, sedangkan teori yang kedua dan ketiga menekankan pengulangan untuk membentuk respons yang benar dan membentuk kebiasaan.
Meskipun ketiga teori ini tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, tetapi masih dapat digunakan karena pengulangan masih relevan sebagai dasar  pembelajaran. Sebab, dalam pembelajaran masih sangat dibutuhkan pengulangan-pengulangan atau latihan-latihan. Hubungan stimulus dan respons akan bertambah erat kalau sering dipakai dan akan berkurang bahkan hilang sama sekali jika jarang atau tidak pernah digunakan. Oleh karena itu, perlu banyak latuhan, pengulangan, dan pembiasaan.[6]
5.    Proses individual
Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah-sekolah pada saat ini masih cenderung berlangsung secara klasikal yang artinya seorang guru menghadapi 30-40 orang peserta didik dalam satu kelas. Guru masih juga menggunakan metode yang sama kepada seluruh peserta didik dalam kelas itu. Bahkan mereka memperlakukan peserta didik secara merata tanpa memperhatikan latar belakang social budaya, kemampuan, atau segala perbedaan individual peserta didik. Padahal setiap peserta didik memiliki ciri-ciri dan pembawaan yang berbeda. Ada peserta didik yang memiliki bentuk badan tinggi kurus, gemuk pendek, ada yang cekatan, lincah, periang, ada pula yang lamban, pemurung, mudah tersinggung dan beberapa sifat-sifat individual yang berbeda.
Untuk dapat memberikan bantuan agar peserta didik dapat mengikuti pembelajaran yang disajikan oleh guru, maka guru harus benar-benar dapat memahami ciri-ciri para peserta didik tersebut. Begitu pula guru harus mampu mengatur kegiatan pembelajaran, mulai dari perencanaan, proses pelaksanaan sampai pada tahap terakhir yaitu penilaian atau evaluasi, sehingga peserta didik secara total dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik tanpa perbedaan yang berarti walaupun dari latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda.
S. Nasution dalam Ahmad Rohani menyarankan empat cara untuk menyesuaikan pelajaran dengan kesanggupan individual:
a)        Pengajaran individual, peserta didik menerima tugas yang diselesaikan menurut kecepatan masing-masing
b)        Tugas tambahan, peserta didik yang pandai mendapat tugas tambahan, di luar tugas umum bagi seluruh kelas sehingga hubungan kelas selalu terpelihara.
c)        Pengajaran proyek, peserta didik mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan minat serta kesanggupannya.
d)       Pengelompokan menurut kesanggupan, kelas dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri atas peserta didik yang mempunyai kesanggupan yang sama.
Perbedaan individual harus menjadi perhatian bagi para guru dalam mempersiapkan pembelajaran dalam kelasnya. Karena perbedaan individual merupakan suatu prinsip dalam pembelajaran yang tidak boleh dikesampingkan demi keberhasilan dalam proses pembelajaran.[7]
6.    Tantangan
Kuantzu dalam Azhar Arsyad mengatakan”if you give a man fish, he will have a single meal. If you teach him how to fish he will eat all his life”. Pernyataan Kuantzu ini senada dengan prinsip pembelajaran yang berupa tantangan, karena peserta didik tidak merasa tertantang bila hanya sekedar disuapi sehingga dirinya tinggal menelan apa yang diberikan oleh guru. Sebab, tanpa tantangan peserta didik merasa masa bodoh dan kurang kreatif sehingga tidak berkesan materi yang diterimanya.
Agar pada diri peserta didik timbul motiv yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka materi pembelajaran juga harus menantang sehingga peserta didik bergairah untuk mengatasinya.
Hal ini sejalan dengan prinsip pembelajaran dengan salah satu prinsip konsep contextual teaching and learning yaitu inkuiri. Di mana dijelaskan bahwa inkuiri merupakan proses pembelajaran yang berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Jadi, peserta didik akan bersungguh-sungguh dalam menemukan masalahnya terlebih dahulu kemudian menemukan sendiri jalan keluarganya.[8]
7.    Balikan dan penguatan
Apabila peserta didik memperoleh nilai yang baik dalam ulangan tentu dia akan belajar bersungguh-sungguh untuk memperoleh nilai yang lebih baik untuk selanjutnya. Karena nilai yang baik itu merupakan penguatan yang positif sebaliknya, bila peserta didik memperoleh nilai yang kurang baik tentu dia merasa takut tidak naik kelas, dia terdorong pula untuk lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif yang berarti bahwa peserta didik mencoba menghindar dari peristiwa yang tidak menyenangkan.
Format sajian berupa Tanya jawab, eksperimen, diskusi, metode penemuan sebagainya merupakan cara pembelajaran yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang diperoleh peserta didik setelah belajar dengan menggunakan metode-metode akan menarik yang membuat peserta didik terdorong untuk belajar lebih bersemangat.[9]

C. Prinsip Pembelajaran Kompetensi
Mengajar atau membelajarkan siswa bukan pekerjaan sampingan tetapi membutuhkan keahlian, kesungguhan, pengetahuan, keterampilan dan seni. Membelajar siswa bersifat unik sebab siswa itu individu manusia yang memiliki karakteristik yang kompleks. Setiap siswa memiliki potensi dan kecakapan berpikir dan keterampilan yang berbeda, semua itu membentuk kepribadian yang kahs dan unik, berbeda antara yang satu dengan lainnya. Seorang guru dihadapkan kepada situasi keragaman karakteristik siswa. Secara psikologis tidak ada individu yang sama, yang ada adalah aneka ragam individu. Oleh karena itu, mengajar merupakan ilmu dan seni sebab ilmu mengajar saja itu, tidak cukup diperlukan juga seni mengajar. Seni mengajar merupakan kreativitas guru menemukan pendekatan atau model mengajar yang memungkinkan setiap siswa mengembangkan potensi, kecakapam dan karakteristiknya secara optimal.
Prinsip pembelajaran merupakan hal-hal yang mendasari dan menjadi sebab-sebab terjadinya belajar. Dengan perkataan lain apabila suatu prinsip tidak nampak dalam kegiatan pembelajaran, maka proses belajar itu tidak akan terjadi secara efektif dan berhasil sesuai dengan harapan. Efektivitas belajar berkaitan dengan suasa belajar yang menyenangkan seperti ciptakan kondisi terbaik untuk belajar, bentuk presentasi yang melibatkan seluruh indra, berfikir kreatif dan kritis untuk membantu proses internalisasi dan beri rangsangan dalam mengakses materi pelajaran (gordon and vos, 2000). Ada beberapa prisnsip penting dalam pembelajaran kompetensi, antara lain:
1.                  Proses pembelajaran kompetensi membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa. Tujuan pengaturan lingkungan dimaksudkan untuk menyediakan pengalaman belajar yang memberi latihan-latihan penggunaan fakta-fakta. . Struktur kognitif akan tumbuh dan berkembang manakala siswa memilki pengalaman belajar. Oleh karena itu dalam pembelajaran kompetensi menuntut aktivitas siswa secara penu untuk mencari dan menemukan sendiri.
2.                  Berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus dipelajar, ada tipe pengetahuan fisis, sosial dan logika (Bruce weil, 1980). Pengetahuan fisis  adalah pengetahuan akan sifat-sifat fisis dari suatu objek atau kejadian seperti bentuk, besar, kecil, serta begaimana objek itu berinteraksi satu dengan yang lainnya. Pengetahuan fisis diperoleh melalui pengalaman indera secara langsung. Misalkan anak memegang logam yang bersifat keras dan memegang kain sutra yang bersifat halus. Pengetahuan sosial berhubungan dengan perilaku individu dalam mempengaruhi interaksi sosial, contohnya pengetahuan tentang aturan, hukum, moral, nilai, bahasa dan lain sebagainya .
3.                  Pembelajaran dalam konteks kompetensi harus melibatkan peran lingkungan sosial. Anak akan lebih baik mempelajari pengetahuan logika dan sosial dari temannya sendiri. Melalui pergaulan dan hubungan sosial anak akan belajar lebih baik dibandingkan dengan belajar yang menjauhkan dari hubungan sosial. Oleh karena itu, melalui hubungan sosial itulah anak berinteraksi dan berkomunikasi, berbagi pengalaman memungkinkan mereka terus berkembang secara wajar.
4.                  Pembelajaran melalui KBK diarahkan agar siswa mampu mengatasi setiap tantangan dan rintangan dalam kehidupan yang cepat berubah, melalui sejumlah kompetensi akademik, kompetensi okupasional, kompetensi kultural, dan kompetensi temporal. Itu sebabnya makna pembelajaran KBK  bukan hanya mendorong anak agar mampu menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana agar anak itu memiliki sejumlah kompetensi untuk mampu menghadapi rintangan yang muncul sesuai dengan perubahan pola kehidupan masyarakat (Sanjaya, 2005).
Adapun beberapa prinsip pembelajaran yang dikembangkan dalam mengembangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam rangka menunjangn hasil belajar yang efektif dan efesien, menurut Puskur (Balibang Depdiknas, 2002) rambu-rambunya sebagai berikut.
1.         Kesempatan untuk belajar, kegiatan pembelajaran perlu menjamin                            pengalaman siswa untuk secara langsung mengamati dan mengalami                 proses, produk, keterampilan dan nilai yang diharapkan.
2.         Pengetahuan awal siswa, kegiatan pembelajaran perlu mengaitkan                           pengalaman belajar yang dikaitkan dengan pengetahuan awal siswa                    serta disesuaikan dengan keterampilan dan nilai yang dimiliki siswa              sambil memperluas dan menunjukkan keterbukaan cara pandang dan                       cara tindak sehari-hari.
3.         Refleksi, kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar                         yang bermakna yang mampu mendorong tindakan dsn renungan                               (refleksi) pada setiap siswa.
4.         Memotivasi, kegiatan pembelajaran harus mampu menyediakan                               pengalaman belajar yang memberi motivasi dan kejelasan tujuan.
5.         Keragaman individu, kegiatan pembelajaran perlu menyediakan                               pengalaman pembelajaran yang mampu membedakan kemampuan                                   individu yang satu dengan yang lain sehingga variasi metode mengajar                  mutlak diperlukan.
Kemandirian dan kerjasama, kegiatan pembelajaran perlu menyediakan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk  belajar mandiri maupun melakukan kerjasama.
1.         Suasana yang mendukung, sekolah dan kelas perlu diatur lebih aman                       dan lebih kondusif untuk menciptakan situasi agar siswa belajar secara               efektif.
2.         Belajar untuk kebersamaan, kegiatan pembelajaran menyediakan                             pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki simpati,                     empati, dan roleransi bagi orang lain.
3.         Siswa sebagai pembangun gagasan, kegiatan pembelajaran                                       menyediakan pengalaman belajar yang mengakomodasikan pandangan                  bahwa pembangunan gagasan adalah siswa, sedangkan guru hanya                                    sebagai menyediakan kondisi supaya peristiwa belajar tetap                                     berlangsung.
4.         Rasa ingin tahu, kreativitas dan ketuhanan, kegiatan pembelajaran                           menyediakan pengalaman belajar yang menumpuk rasa ingin tahu,                                     mendorong kreativitas, dan selalu mengagungkan kebesaran Tuhan                    Yang Maha Esa.
5.         Menyenagkan, kegiatan pembelajaran perlu menyediakan pengalaman                     belajar yang menyenangkan siswa, seperti pembelajaran kuantum.
6.         Interaksi dan komunikasi, kegiatan pembelajaran perlu menyediakan                       pengalaman belajar yang meyakinkan siswa terlibat secara aktif baik                   mental, fisik maupun sosial.
7.         Belajar cara belajar, kegaiatan pembelajaran kompetensi memerlukan                       pengalaman belajar yang memuat keterampilan belajar, sehingga siswa                menjadi terampil belajar bagaimana cara belajar.
Pembelajaran kompetensi dapat terlaksana secara optimal, dalam arti mencapai sasaran kompetensi standar dalam implementasi dan pengembangan jika memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran kompetensi menurut Sukmadinata (2004) harus memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:

1.                  Agar setiap siswa dapat menguasai kompetensi standar perlu                       disediakan waktu yang cukup dengan program pembelajaran                 yang berkualitas.
2.                  Setiap siswa memiliki kemampuan untuk menguasai                                     kompetensi yang dituntut, tanpa memperhatikan latar belakang                        pengalaman pendidikan dan pengalaman  mereka. Dengan                                  penyelenggaraan program pembelajaran yang baik dan waktu                       yang cukup maka setiap siswa dapat mencapai hasil yang                             ditargetkan.
3.                  Perbedaan individual dalam penguasaan kompetensi diantara                       siswa, bukan saja disebabkan karena faktor-faktor diri siswa                 tetapi karena ada kelemahan dalam lingkungan pembelajaran.
4.                  setiap siswa mendapatkan peluang yang sama untuk memiliki                      kemampuan yang diharapakan, asal disesuaikan dengan                                    kecepatan belajar masing-masing. Setiap siswa dapat                           menguasai kompetensi yang diharapkan asalkan rancangan dan                    pelaksanaan program pembelajaran sedekat mungkin diarahkan                    pada pencapai sasaran pembelajaran.
5.                  Apa yang paling berharga dalam pembelajaran adalah berharga                    dalam belajar. Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan agar                      para siswa terjadi belajar secara optimal. Jika ada siswa yang                   gagal dalam belajar disebabkan kesalahan rencana dan                                  pelaksana pendidikan, perlu dicari penyebab dan terus                          disempurnakan.[10]



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
a.       Pengertian prinsip
Kata prinsip berasal dari bahasa Latin yang berarti “asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya) dasar”.[11] Prinsip merupakan sebuah kebenaran atau kepercayaan yang diterima sebagai dasar dalam berfikir atau bertindak. Jadi prinsip dapat diartikan sebagai sesuatu yang menjadi dasar pokok berpikir, berpijak atau bertindak.
b.      Prinsip-prinsip dalam pembelajaran
1.      Perhatian dan motivasi
2.      Keaktifan
3.      Keterlibatan langsung
4.      Pengulangan
5.      Proses individual
6.      Tantangan
7.      Balikan dan penguatan





DAFTAR PUSTAKA
·         Sagala Syaiful. Konsep dan Mkana Pembelajaran. Alfabeta. 2009. Bandung
·         Kamus Besar Bahasa Indonesia.
·         Mudjiono dan Dimyati. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. 2009. Jakarta.
·         Rohani Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. 2004. Jakarta.
·         Prof, Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D. Inovasi Pendidikan Alfabeta. 2012. Bandung.


[1] Syaiful Sagala, konsep dan makna pembelajaran. Hal 63
[2] Kamus besar bahasa indonesia
[3] Dimyati dan Mudjiono, belajar dan pembelajaran. Hal 42
[4] Ahmad Rohani, pengelolaan pengajaran. Hal 20
[5] Ibid, hal 21
[6] Belajar dan pembelajaran. Hal 43
[7] Pengelolaan pengajaran. Hal 17
[8] Belajar dan pembelajaran. Hal 48
[9]Ibid. hal 49
[10]  Prof. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D. Inovasi pendidikan, hal 146-150
[11] Kamus besar bahasa indonesia

4 komentar: